This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Showing posts with label mahabbah. Show all posts
Showing posts with label mahabbah. Show all posts

Sunday, April 29, 2012

mendatangkan cinta Alloh swt

Assalamu'alaikum para pembaca muslimfriendship.^_^
pada kesempatan kali ini kami ingin share sedikit ilmu dari hasil ringkasan kajian tentang hal - hal yang bisa mendatangkan cinta Alloh swt[1], yaitu :
  1. Membaca AL Qur'an dengan tadabbur (penghayatan).
  2. Mendekatkan diri kepada Alloh dengan mengerjakan perkara - perkara sunah.
  3. Senantiasa mengingat Alloh disetiap keadaan, baik dengan lisan, hati, dan perbuatan yang tercermin dalam segala kondisi.
  4. Lebih mementingkan kecintaan Alloh ta'ala daripada kepada seorang hamba.
  5. Menelaah asma wa sifat yang Alloh miliki dengan hati.
  6. Memikirkan nikmat - nikmat Alloh , baik yang nampak maupun yang tersembunyi (tidak nampak dengan kasat mata seperti nikmat iman, sehat dll.)
  7. Remuk tunduknya hati karena Alloh ta'ala.
  8. Berkhalwat dengan Alloh pada waktu turunnya Alloh (ke langit dunia yaitu pada sepertiga malam yang akhir sampai waktu fajar)
  9. Bergaul dengan orang - orang yang jujur dan mencintai Alloh, serta mengambil buah terbaik dari perkataan mereka.
  10. Menjauhi setiap sebab yang menghalangi antara hati dengan Alloh swt.
itulah yang dapat kami share kepada para pembaca semoga bermanfaat dan walaupun sedikit semoga bisa menambah ilmu atau wawasan kita akan agama yang haq yaitu islam. yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca jika ada kesalahan dalam penulisan atau isi artikel penulis mohon maaf. sesungguhnya kebenaran datangnya hanya dari Alloh swt.

note : [1] sumber isi artikel diambil dari ringkasan perkataan Ibnu Qoyyim didalam kitab Madarijus Salikhin: 3/17.

Wednesday, July 27, 2011

mahabbah

“Barangsiapa cinta kepada Allah, maka cinta kepada orang yang dicintai Allah, barangsiapa cinta terhadap orang dicintai Allah, maka cinta perbuatan yang dilakukan karena cinta Allah, barangsiapa cinta terhadap perbuatan yang dilakukan karena cinta Allah, maka cinta melakukan perbuatan itu tanpa diketahui orang lain.”

Ibnu Hajar Al-Asqalani ra. menukilkan bahwa mahabbah (cinta kepada Allah) itu ada dua macam :
Mahabbah Fardhu,
yaitu mahabbah yang mendorong dilakukannya perintah-perintah Allah dan dijauhinya larangan-larangan-Nya.
Mahabbah Sunnah,
yaitu mahabbah yang mendorong dibiasakannya melakukan ibadah sunnah dan dijauhinya hal-hal yang syubhat.

Abu Bakar Ash-Shiddiq ra berkata : "barangsiapa telah merasakan mahabbah Allah yang murni, maka apa yang dia rasakan itu dapat melupakannya dari keinginan dunia dan membuatnya merasa asing
dari seluruh manusia."

cinta dan mencintai karena Allah

Definisi Cinta
Imam Ibnu Qayyim mengatakan, “Tidak ada batasan cinta yang lebih jelas daripada kata cinta itu sendiri; memba-tasinya justru hanya akan menambah kabur dan kering maknanya. Maka ba-tasan dan penjelasan cinta tersebut tidak bisa dilukiskan hakikatnya secara jelas, kecuali dengan kata cinta itu sendiri.
Kebanyakan orang hanya memberikan penjelasan dalam hal sebab-musabab, konsekuensi, tanda-tanda, penguat-penguat dan buah dari cinta serta hukum-hukumnya. Maka batasan dan gambaran cinta yang mereka berikan berputar pada enam hal di atas walaupun masing-masing berbeda dalam pendefinisiannya, tergantung kepada pengetahuan,kedudukan, keadaan dan penguasaannya terhadap masalah ini. (Madarijus-Salikin 3/11)
Beberapa definisi cinta:
Kecenderungan seluruh hati yang terus-menerus (kepada yang dicintai).
Kesediaan hati menerima segala keinginan orang yang dicintainya.
Kecenderungan sepenuh hati untuk lebih mengutamakan dia daripada diri dan harta sendiri, seia sekata dengannya baik dengan sembunyi-sebunyi maupun terang-terangan, kemudian merasa bahwa kecintaan tersebut masih kurang.
Mengembaranya hati karena men-cari yang dicintai sementara lisan senantiasa menyebut-nyebut namanya.
Menyibukkan diri untuk menge-nang yang dicintainya dan menghinakan diri kepadanya.
PEMBAGIAN CINTA
Cinta ibadah

Ialah kecintaan yang menyebabkan timbulnya perasaan hina kepadaNya dan mengagungkanNya serta bersema-ngatnya hati untuk menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala larangaNya.

Cinta yang demikian merupakan pokok keimanan dan tauhid yang pelakunya akan mendapatkan keutamaan-keutamaan yang tidak terhingga.
Jika ini semua diberikan kepada selain Allah maka dia terjerumus ke dalam cinta yang bermakna syirik, yaitu menyekutukan Allah dalam hal cinta.
Cinta karena Allah
Seperti mencintai sesuatu yang dicintai Allah, baik berupa tempat tertentu, waktu tertentu, orang tertentu, amal perbuatan, ucapan dan yang semisalnya. Cinta yang demikian termasuk cinta dalam rangka mencintai Allah.
Cinta yang sesuai dengan tabi’at (manusiawi),
yang termasuk ke dalam cintai jenis ini ialah:
Kasih-sayang, seperti kasih-sayangnya orang tua kepada anaknya dan sayangnya orang kepada fakir-miskin atau orang sakit.
Cinta yang bermakna segan dan hormat, namun tidak termasuk dalam jenis ibadah, seperti kecintaan seorang anak kepada orang tuanya, murid kepada pengajarnya atau syaikhnya, dan yang semisalnya.
Kecintaan (kesenangan) manusia kepada kebutuhan sehari-hari yang akan membahayakan dirinya kalau tidak dipenuhi, seperti kesenangannya kepada makanan, minuman, nikah, pakaian, persaudaraan serta persahabatan dan yang semisalnya.
Cinta-cinta yang demikian termasuk dalam kategori cinta yang manusiawi yang diperbolehkan. Jika kecintaanya tersebut membantunya untuk mencintai dan mentaati Allah maka kecintaan tersebut termasuk ketaatan kepada Allah, demikian pula sebaliknya.
KEUTAMAAN MENCINTAI ALLAH
Merupakan Pokok dan inti tauhid

Berkata Syaikh Abdurrahman bin Nashir Al-Sa’dy, “Pokok tauhid dan inti-sarinya ialah ikhlas dan cinta kepada Allah semata. Dan itu merupakan pokok dalam peng- ilah-an dan penyembahan bahkan merupakan hakikat ibadah yang tidak akan sempurna tauhid seseorang kecuali dengan menyempurnakan kecintaan kepada Rabb-nya dan menye-rahkan seluruh unsur-unsur kecintaan kepada-Nya sehingga ia berhukum hanya kepada Allah dengan menjadikan kecintaan kepada hamba mengikuti kecintaan kepada Allah yang dengannya seorang hamba akan mendapatkan kebahagiaan dan ketenteraman. (Al-Qaulus Sadid,hal 110)

Merupakan kebutuhan yang sangat besar melebihi makan, minum, nikah dan sebagainya.

Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah berkata: “Didalam hati manusia ada rasa cinta terhadap sesuatu yang ia sembah dan ia ibadahi ,ini merupakan tonggak untuk tegak dan kokohnya hati seseorang serta baiknya jiwa mereka. Sebagaimana pula mereka juga memiliki rasa cinta terhadap apa yang ia makan, minum, menikah dan lain-lain yang dengan semua ini kehidupan menjadi baik dan lengkap.Dan kebutuhan manusia kepada penuhanan lebih besar daripada kebutuhan akan makan, karena jika manusia tidak makan maka hanya akan merusak jasmaninya, tetapi jika tidak mentuhankan sesuatu maka akan merusak jiwa/ruhnya. (Jami’ Ar-Rasail Ibnu Taymiyah 2/230)

Sebagai hiburan ketika tertimpa musibah

Berkata Ibn Qayyim, “Sesungguh-nya orang yang mencintai sesuatu akan mendapatkan lezatnya cinta manakala yang ia cintai itu bisa membuat lupa dari musibah yang menimpanya. Ia tidak merasa bahwa itu semua adalah musibah, walau kebanyakan orang merasakannya sebagai musibah. Bahkan semakin menguatlah kecintaan itu sehingga ia semakin menikmati dan meresapi musibah yang ditimpakan oleh Dzat yang ia cintai. (Madarijus-Salikin 3/38).

Menghalangi dari perbuatan maksiat.

Berkata Ibnu Qayyim (ketika menjelaskan tentang cinta kepada Allah): “Bahwa ia merupakan sebab yang paling kuat untuk bisa bersabar sehingga tidak menyelisihi dan bermaksiat kepada-Nya. Karena sesungguhnya seseorang pasti akan mentaati sesuatu yang dicintainya; dan setiap kali bertambah kekuatan cintanya maka itu berkonsekuensi lebih kuat untuk taat kepada-Nya, tidak me-nyelisihi dan bermaksiat kepada-Nya.

Menyelisihi perintah Allah dan bermaksiat kepada-Nya hanyalah bersumber dari hati yang lemah rasa cintanya kepada Allah.Dan ada perbeda-an antara orang yang tidak bermaksiat karena takut kepada tuannya dengan yang tidak bermaksiat karena mencintainya.
Sampai pada ucapan beliau, “Maka seorang yang tulus dalam cintanya, ia akan merasa diawasi oleh yang dicintainya yang selalu menyertai hati dan raganya.Dan diantara tanda cinta yang tulus ialah ia merasa terus-menerus kehadiran kekasihnya yang mengawasi perbuatannya. (Thariqul Hijratain, hal 449-450)
Cinta kepada Allah akan menghilangkan perasaan was-was.

Berkata Ibnu Qayyim, “Antara cinta dan perasaan was-was terdapat perbe-daan dan pertentangan yang besar sebagaimana perbedaan antara ingat dan lalai, maka cinta yang menghujam di hati akan menghilangkan keragu-raguan terhadap yang dicintainya.

Dan orang yang tulus cintanya dia akan terbebas dari perasaan was-was karena hatinya tersibukkan dengan kehadiran Dzat yang dicintainya tersebut. Dan tidaklah muncul perasaan was-was kecuali terhadap orang yang lalai dan berpaling dari dzikir kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala , dan tidaklah mungkin cinta kepada Allah bersatu dengan sikap was-was. (Madarijus-Salikin 3/38)
Merupakan kesempurnaan nikmat dan puncak kesenangan.

Berkata Ibn Qayyim, “Adapun mencintai Rabb Subhannahu wa Ta’ala  maka keadaannya tidaklah sama dengan keadaan mencin-tai selain-Nya karena tidak ada yang paling dicintai hati selain Pencipta dan Pengaturnya; Dialah sesembahannya yang diibadahi, Walinya, Rabb-nya, Pengaturnya, Pemberi rizkinya, yang mematikan dan menghidupkannya. Maka dengan mencintai Allah Subhannahu wa Ta’ala akan menenteramkan hati, menghidupkan ruh, kebaikan bagi jiwa menguatkan hati dan menyinari akal dan menyenangkan pandangan, dan menjadi kayalah batin. Maka tidak ada yang lebih nikmat dan lebih segalanya bagi hati yang bersih, bagi ruh yang baik dan bagi akal yang suci daripada mencintai Allah dan rindu untuk bertemu dengan-Nya.

Kalau hati sudah merasakan manisnya cinta kepada Allah maka hal itu tidak akan terkalahkan dengan mencintai dan menyenangi selain-Nya. Dan setiap kali bertambah kecintaannya maka akan bertambah pula pengham-baan, ketundukan dan ketaatan kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala  dan membebaskan diri dari penghambaan, ketundukan ketaatan kepada selain-Nya.”(Ighatsatul-Lahfan, hal 567)
ORANG-ORANG YANG DICINTAI ALLAH Subhannahu wa Ta’ala
Allah Subhannahu wa Ta’ala  mencintai dan dicintai. Allah Subhannahu wa Ta’ala  berfirman di dalam surat Al-Ma’idah: 54, yang artinya: “Maka Allah akan mendatangkan satu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai Allah.”
Mereka yang dicintai Allah Subhannahu wa Ta’ala  :
Attawabun (orang-orang yang bertau-bat), Al-Mutathahhirun (suka bersuci), Al-Muttaqun (bertaqwa), Al-Muhsinun (suka berbuat baik) Shabirun (bersa-bar), Al-Mutawakkilun (bertawakal ke-pada Allah) Al-Muqsithun (berbuat adil).
Orang-orang yang berperang di jalan Allah dalam satu barisan seakan-akan mereka satu bangunan yang kokoh.
Orang yang berkasih-sayang, lembut kepada orang mukmin.
Orang yang menampakkan izzah/kehormatan diri kaum muslimin di hadapan orang-orang kafir.
Orang yang berjihad (bersungguh-sungguh) di  jalan Allah.
Orang yang tidak takut dicela manusia karena beramal dengan sunnah.
Orang yang berusaha mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah sunnah setelah menyelesaikan ibadah wajib.
SEBAB-SEBAB UNTUK MENDAPATKAN CINTA ALLAH Subhannahu wa Ta’ala
Membaca Al-Qur’an dengan memikir-kan dan memahami maknanya.
berusaha mendekatkan diri kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala  dengan ibadah sunnah setelah menyelesaikan ibadah yang wajib.
elalu mengingat Allah Subhannahu wa Ta’ala , baik de-ngan lisan, hati maupun dengan anggota badan dalam setiap keadaan.
Lebih mengutamakan untuk mencintai Allah Subhannahu wa Ta’ala  daripada dirinya ketika hawa nafsunya menguasai dirinya.
Memahami dan mendalami dengan hati tentang nama dan sifat-sifat Allah.
Melihat kebaikan dan nikmatNya baik yang lahir maupun yang batin.
Merasakan kehinaan dan kerendahan hati di hadapan Allah.
Beribadah kepada Allah pada waktu sepertiga malam terakhir (di saat Allah turun ke langit dunia) untuk bermunajat kepadaNya, membaca Al-Qur’an , merenung dengan hati serta mempelajari adab dalam beribadah di hadapan Allah kemudian ditutup dengan istighfar dan taubat.
Duduk dengan orang-orang yang memiliki kecintaan yang tulus kepada Allah dari para ulama dan da’i, mendengar-kan dan mengambil nasihat mereka serta tidak berbicara kecuali pembica-raan yang baik.
Menjauhi/menghilangkan hal-hal yang menghalangi hati dari mengingat Allah Subhannahu wa Ta’ala .
(Disadur dari kalimat mutanawwi’ah fi abwab mutafarriqah karya Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd oleh Abu Muhammad).

menggapai cinta karena Allah

Aku ingin mencintaimu karena kecantikanmu
menyejukkan setiap mata yang memandangnya
tapi kemudian aku bertanya
saat kecantikan itu memudar ditempuh usia
seberapa pudarkah kelak cintaku padamu?

Aku ingin mencintaimu karena sifatmu yang ceria
menjadi semangat yang menyala di dalam hati ini
tapi kemudian aku bertanya
bila keceriaan itu kelam dirundung duka
seberapa muram cintaku kan ada?

Aku ingin mencintaimu karena ramah hatimu
memberi kehangatan dalam setiap sapaanmu
tapi kemudian aku bertanya
kiranya keramahan itu tertutup kabut prasangka
seberapa mampu cintaku memendam praduga?

Aku ingin mencintaimu karena cerdasnya dirimu
membuatku yakin pada putusanmu
tapi kemudian aku bertanya
ketika kecerdasan itu berangsur hilang menua
seberapa bijak cintaku tuk tetap mengharapmu?

Aku ingin mencintaimu karena kemandirian yang kau miliki
menyematkan rasa bangga ku yang mengenalmu
tapi kemudian aku bertanya
jika di tengah itu rasa manjamu tiba menyeruak
seberapa cintaku tetap bersamamu?

Aku ingin mencintaimu karena tegarnya sikapmu
menambatkan rasa kagum pada kokohnya pertahananmu
tapi kemudian aku bertanya
andai ketegaran itu rapuh diterpa badai
seberapa kuat cintaku bertahan?

Aku ingin mencintaimu karena pengertian yang kau berikan
menumbuhkan ketenangan karena kepercayaan yang kau tanam
tapi kemudian aku bertanya
kelak pengertian itu tertelan oleh ego sesaat
seberapa ku mampu mengerti cinta ini?

Aku ingin mencintaimu karena luasnya danau kesabaranmu
menambah dalamnya rasa cinta semakin ku mengenalmu
tapi kemudian aku bertanya
mungkin kesabaran itu mencapai batas membendung kesalahanku
seberapa besar cinta mampu memaafkan?

Aku ingin mencintaimu karena karena keteguhan imanmu
bagai siradj yang benderang mengantarkan cahaya
tapi kemudian aku bertanya
kala iman itu jatuh menurun
seberapa berkurang akhirnya cintaku padamu?

Aku ingin mencintaimu karena karena kau yang tlah kupilih
sebagai cinta yang kan kupegang sepanjang hayat
tapi kemudian aku bertanya
saat hati ini tergoncang
seberapa mantap cinta ini tuk tetap setia?

Andai sejuta alasan tak cukup
untuk membuat cinta ini tetap bersama dirimu
maka biar kupinta satu alasan tuk menjaga cintaku..

Aku ingin mencintaimu karena Allah..

karena Dia kan selalu ada tuk menjaga
maka cintaku kan tetap utuh dan setia
hingga kelak, ku tak mampu lagi mencintaimu
karena cintaku berpulang pada-Nya..

Cinta itu adalah ketika timbul perasaan aneh disekujur tubuhmu baik ketika kau melihatnya, mendengarnya, ataupun ketika kau merasakan kehadirannya di dekatnya. Adakalanya kau selalu ingin dekat dengannya, namun yakinlah, bahwa jarak yang jauh terkadang justru mampu mendekatkan hati kalian. Dan juga sebaliknya, kedekatan tanpa ikatan pernikahan seringkali merenggangkan hati kalian.

Cinta itu tumbuh secara tak terduga. Terkadang kau berpikir bahwa kau LEBIH BAIK mencintai orang tersebut. Namun ketika HATImu menolaknya kau tak akan mampu berbuat apa-apa. Biarlah perlahan-lahan hatimu, bersama dengan masa yang akan menghapusnya dari pikiranmu.

Namun ketika HATImu membenarkan kau justru akan dibuat kebingungan karenanya. Kau justru akan berpikir ulang sebelum kau benar-benar yakin bahwa dialah cintamu yg sebenarnya.

Cinta karena Allah adalah ketika kau mengerti, tak hanya kelebihan dari orang itu yang kau lihat, namun juga “MEMAHAMI” dan “MENERIMA ” kekurangan-kekurangan yang dimilikinya. Sungguh pun kau baru boleh mengatakan bahwa “aku mencintainya” setelah kau benar-benar mengenalnya dengan sebenar-benarnya, yaitu baik dan buruknya.

Cinta karena Allah itu tidak akan pernah sebatas pada penampilan dan kecantikan. Adakalanya kau akan lebih mencintai sebongkah arang hitam daripada sebutir intan yang berkilauan. Karena sesungguhnya kau sadar bahwa kau membutuhkan sebuah kehangatan yang mampu mengusir rasa dingin dari jiwamu. Lebih daripada sekedar keindahan yang ternyata membuatmu beku kedinginan.

Cinta karena Allah itu TIDAK akan tumbuh dari kecantikan seseorang. Namun KECANTIKAN seseorang justru akan tampak ketika kau mencintainya. Adalah bagaimana kau bisa mencintainya karena akhlak dan agamanya, bukan pada rupa, harta, ataupun nasabnya. Karena dengan inilah kau bisa menepis kefakiran, kehinaan, ketidak bahagiaaan, dan kemudian menggantinya dengan kemuliaan yang diridhai oleh Allah SWT.

Cinta karena Allah akan membuatmu merasa tidak perlu memiliki meskipun dalam hatimu kau sangat ingin. Adalah bagaimana kau bisa ikhlas ketika dia ternyata lebih mencintai orang lain dan bahkan kau pun bisa berdo’a agar mereka bisa berbahagia.

Cinta karena Allah tidak akan menggiringmu pada jurang kemaksiatan. Ketika kau melihat dia dan mencintainya, hal itu akan membuatmu semakin berbenah diri, kau menjadi mampu melihat kekurangan-kekurangan dirimu untuk kemudian memperbaikinya.

Cinta Karena Allah tidak akan membuatmu berpikir sempit, justru kau akan berpikir lebih jauh ke depan, lebih matang, lebih dewasa, dan ke arah yang lebih serius…!! Kau tidak akan berpikir dan membayangkan apabila kalian sudah pacaran, namun kau sudah berpikir ke arah pernikahan. Karena kau sadar bahwa ia jauh lebih kokoh, suci, berarti dan bermakna di hadapan Allah daripada sekedar pacaran.

Cinta karena Allah terkadang tak tumbuh dengan sendirinya. Kita seperti layaknya diberi biji untuk ditanam. Lalu ia tergantung pada bagaimana kita merawatnya. Jika kita baik, maka baik pulalah perasaan itu, dan juga sebaliknya. Terkadang pula bisa jadi ia tumbuh dengan sendirinya. Ada saat dimana kau terkadang ingin membunuh saja perasaan tersebut namun entah mengapa kau tak berdaya. Karena sebenarnya bukanlah kita yang menumbuhkan perasaan cinta tersebut, namun Rabb yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang lah yang berkehendak atas segala perasaan itu.

Cinta karena Allah Bukanlah tentang bagaimana kalian saling memandang, namun bagaimana tentang kalian melihat ke arah yang sama, dan berjalan ke arah yang sama. Kalian sadar bahwa kalian tidak akan mampu menghadapi perjalanan tersebut sendirian melainkan membutuhkan seseorang untuk berjalan disisimu, yang saling membantu, saling meringankan, dan saling mengarahkan dalam perjalanan menggapai Ridha-Nya .

Cinta karena Allah tidaklah selalu membutuhkan beragam kesamaan diantara kalian. Namun yang terpenting adalah kesamaan prinsip dan tujuan, yaitu menggapai ridha Allah SWT. dalam dirimu kau pun ingin agar kau merasa layak untuk mencintai dan dicintai olehnya.

Segala puji hanya bagiMu Ya Rabb Sang penguasa tidak ada yang luput dari pengetahuanMu, tidak akan habis air lautan atau bahkan lebih dari itu untuk menuliskan kalam Mu, selalu berusaha untuk dapat memahami bahwa tidak ada yang sia-sia atas yang Engkau tentukan dan berprasangka yang terbaik untuk semuanya. Engkau Yang Maha Kuasa atas segalanya dan berkehendak tidak ada yang tidak mungkin.

Pernahkah hatimu merasakan kekuatan mencintai
Kamu tersenyum meski hatimu terluka karena yakin ia milikmu,
Kamu menangis kala bahagia bersama karena yakin ia cintamu
Cinta melukis bahagia, sedih, sakit hati, cemburu, berduka
Dan hatimu tetap diwarnai mencintai, itulah dalamnya cinta

Pernahkah cinta memerahkan hati membutakan mata
Kepekatannya menutup mata hatimu memabukkanmu sesaat di nirwana
Dan kau tak bisa beralih dipeluk merdunya nyanyian bahagia semu
Padahal sesungguhnya hanya kehampaan yang mengisi sisi gelap hatimu
Itulah cinta karena manusia yang dibutakan nafsunya

Cinta adalah pesan agung Allah pada umat manusia
DitulisNya ketika mencipta makhluk-makhlukNYA di atas Arsy
Cinta dengan ketulusan hati mengalahkan amarah
Menuju kepatuhan pengabdian kepada Allah dan Rasulnya
Dan saat pena cinta Allah mewarnai melukis hatimu,
satu jam bersama serasa satu menit saja

Ketika engkau memiliki cinta yang diajarkan Allah
Kekasih menjadi lentera hati menerangi jalan menuju Illahi
Membawa ketundukan tulus pengabdian kepada Allah dan RasulNya
Namun saat cinta di hatimu dikendalikan dorongan nafsu manusia
Alirannya memekatkan darahmu membutakan mata hati dari kebenaran

Saat kamu merasakan agungnya cinta yang diajarkan Allah
Kekasih menjadi pembuktian pengabdian cinta tulusmu
Memelukmu dalam ibadah menuju samudra kekal kehidupan tanpa batas
Menjadi media amaliyah dan ketundukan tulus pengabdian kepada Allah
Itulah cinta yang melukis hati mewarnai kebahagiaan hakiki

Agungnya kepatuhan cinta Allah bisa ditemukan dikehidupan alam semesta
Seperti thawafnya gugusan bintang, bulan, bumi dan matahari pada sumbunya
Tak sedetikpun bergeser dari porosnya, keharmonisan berujung pada keabadian
Keharmonisan pada keabadian melalui kekasih yang mencintai
Karena Allah adalah kekasih Zat yang abadi

Cintailah kekasihmu kelak setulusnya maka Allah akan mencintaimu
Karena Allah mengajarkan cinta tulus dan agung
Cinta yang mengalahkan Amarah menebarkan keharmonisan
Seperti ikhlas dan tulusnya cinta Rasul mengabdi pada Illahi
Itulah cinta tertinggi menuju kebahagiaan hakiki.

MAROTIBUL HUBB (Urutan Cinta)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Apa kabar saudaraku, semoga syukur selalu menghiasi bahagiamu dan sabar sebagai teman dalam dukamu. Semua Allah pergilirkan untuk mengetahui siapa hamba-Nya yang tetap mencintai-Nya dalam setiap ujian dan karunia-Nya.

Shalawat serta salam semoga tetap atas Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarga, sahabat dan umatnya yang beriman.

Katakanlah,”Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rosul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusannya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (QS. At-Taubah: 24)

Sahabat QS yang saya cintai karena Allah, dari ayat yang saya tuliskan diatas, tentunya antum semua bisa dengan mudah mengetahui apa maksud dari firman Allah tersebut.

Tak jarang kita sebagai manusia, sadar atau tidak sadar terlenakan oleh segala macam kesibukan dan hal-hal yang bersifat duniawi. Entah karena sibuk mencari harta, sibuk dengan keluarga, dengan niaga, yang semuanya itu kalau tidak diimbangi dengan kepahaman kita terhadap pengetahuan tentang agama dan juga iman yang msih labil, maka bukan tidak mungkin semua itu membuat kita melalaikan kewajiban kita sebagai hamba untuk memenuhi hak-hak Allah dan Rasul-Nya.

Sahabat QS, apa hak Allah dan Rosul-Nya ?
Menurut firman Allah Subhanahu wata’ala dalam Surat At-Taubah:24 diatas adalah bahwa Allah dan Rosul-Nya harus lebih kita cintai dari pada bapak-bapak kita, anak-anak, saudara-sudara kita, harta kita dan lain sebagainya.
Ketika kita lebih mencintai dari selain-Nya maka tunggulah, kata Allah, sampai Dia memberikan keputusan-Nya, dan Allah tidak menunjuki orang-orang fasik.

Sahabat QS yang dicintai oleh Allah Subhanahu wata’ala, marilah berikut ini kita sama-sama mempelajari bagaimana urutan cinta (Marotibul Hubb) dari urutan terendah sampai urutan cinta yang tertinggi.

1. Al ‘alaqah (Sebatas hubungan)
Al ‘alaqah ini adalah tingkatan cinta terendah, tidak dengan perasaan atau muatan emosi.
Misalkan cinta terhadap materi atau hal-hal yang berhubungan dengan keduniawian.

Jadi memang sudah menjadi suatu keharusan kita menempatkan dunia sebatas hubungan saja, artinya jangan sampai hati kita terpaut dengannya. “Genggamlah dunia dengan tanganmu, tetapi janganlah kau letakkan ia di hatimu”. Sekaya apapun kita, setinggi apapun jabatan kita, namun hati kita tetap tenang dalam ketaatan kepada-Nya, karena hati kita tidak terpaut oleh kecintaan terhadap dunia tetapi kepada Allah Subhanahu wata’ala.

2. Al ‘athfu (Simpati)
Rasa simpati ini lebih kepada rasa humanity atau kemanusiaan. Rasa simpati kepada siapa saja tanpa memandang ras, suku dan agama.
Tentunya sebagai makhluk sosial kita akan merasa iba, simpati ketika ada orang yang tertimpa musibah, bencana alam misalnya, meski mereka seaqidah dengan kita ataupun tidak.
Wujud dari simpati ini adalah menda’wahi mereka, memelihara hak-haknya dan lain sebagainya.

3. Ashobbabah (Curahan hati)
Urutan cinta ini ditujukan kepada sesama muslim.
Bentuknya adalah ukhuwah islamiyah, sebagaimana kita tahu hak-hak muslim yang satu dengan muslim yang lainnya, diantaranya:
• Menjenguknya apabila sakit,
• Menjawab salam,
• Mengantarkan jenazahnya,
• Memenuhi undangannya,
• Mendoakan ketika bersin dan sebagainya.

4. Asy-Syouqu (Rindu)
Bentuk cinta ini adalah cinta yang ditujukan kepada orang-orang yang beriman.

Sahabat QS, perlu diketahui bahwa antara muslim dan mukmin itu berbeda.
Orang yang telah memeluk agama islam, maka dia disebut sebagai seorang muslim. Tetapi seorang mukmin adalah dia telah memeluk agama islam, telah menjalankan perintah-perintah Allah dan keimanan itu telah tertanam kedalam jiwanya.
Seperti misalnya kita merindu kepada sahabat-sahabat seperjuangan kita yang sholeh yang sama-sama berjuang dalam da’wah dan agama ini.

5. Al ‘isyqu (Berkasih Mesra)
Kepada siapa cinta seperti ini kita tujukan?
Yaitu kepada Rasulullah yang mulia, Uswah kita, qudwah kita, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu dengan mengikuti apa yang menjadi sunnah-sunnah beliau.
Dan tingkatan cinta ini juga kita tujukan kepada islam sebagai agama rahmatal-lil ‘alamin, dengan cara berjuang dan menolong agama-Nya hingga menjadi agama tertinggi diatas agama-agama lain di dunia.

6. At-Tatayyum (Cinta yang menghamba)
Nah, sahabat QS, inilah cinta tertinggi kita kepada Allah Subhanahu wata’ala.
Cinta ini terwujud dalam kekhusyu’an ubudiyah kita, yaitu adanya kesempurnaan kehinaan kita di hadapan Allah, kesempurnaan penghambaan kita kepada-Nya, juga cinta yang tulus dan tunduk total terhadap aturan Allah Subhanahu wata’ala.

Nah, sahabat QS, semoga setelah sama-sama kita mengetahui marotibul hubb atau urutan cinta tadi diharapkan kita bisa menempatkan kecintaan kita sesuai dengan tempat dan porsinya masing-masing. Bagaimana seharusnya menyikapi terhadap kemilau dunia, bagaimana seharusnya cinta kita kepada sesaam muslim, sesama mukmin, dan yang lebih penting bagaimana kita menempatkan Allah dan Rasul-Nya kedalam lubuk hati kita sebagai puncak tertinggi cinta kita.

Wallahu a’lam bish-shawab.

“Bersihkan hati menuju ridha Ilahi”

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Note: Dari materi halaqoh, Ustadz Pandu Laksono

Cinta itu......???

Cinta kadang tumbuh merasuk jiwa, datang dengan membawa perasaan berbunga – bunga dalam hati kita. Kadang akal berkata”ini belum saatnya” namun  hati berkata”tapi aku mencintainya”.
Makna cinta memang sangat luas,namun kita bisa mengetahui makna cinta dari efek perasaan yang kita rasakan. Jangan salah artikan cinta.
Cinta itu......”cerita indah antara aku dan dia” apakah benar akan selalu indah???mungkin indah dipandangannya tapi jika Allah murka, apakah bisa dikatakan indah???
Cinta itu......”Anugerah yang terindah yang Allah berikan kepada kita”.... ya,,sekilas dari perkataan tadi memang benar Allah meng-anugerahkan cinta kepada setiap hamba-Nya agar timbul rasa saling mengasihi dan saling mencintai.
“Dan diantara tanda-tanda (kebesaran-Nya)ialah Dian menciptakan pasangan-pasangan dari jenis kamu sendiri,agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih sayang . Sungguh,pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda(kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir”.
Subhanallah,,begitu indahnya kalamullah yang Allah sampaikan melalui Ruhul Qudus (malaikat Jibril) kepada kekasih-Nya yang diabadikan dalam Al Qur’an Surat Ar Rum ayat 21 tadi,Allah menciptakan berpasang-pasangan agar hati kita merasa tenteram dan Allah lah yang menumbuhkan rasa kasih sayang tersebut.
Namun cinta bukan selalu berobjek kepada lawan jenis,Rasulullah tentu tidak mengajarkan untuk mencintai lawan jenis saja, namun bersifat kaafah(keseluruhan),kepadaAllah dan Rasul-Nya tentunya, saudara seiman laki-laki,saudara seiman perempuan,kepada hewan pun kita harus memiliki rasa cinta yang menumbuhkan rasa kasih sayang.ada hadist yang menyebutkan bahwa ada seorang perempuan yang mengurung kucing sampai mati tanpa memberi makan kepadanya,seorang perempuan itu memperoleh diazab karena hasil perbuatannya itu.
“Diriwayatkan dari Muadz bin jalal ra.bahwa Rasulullah saw meraih tangannya lalu mengatakan aku mencintaimu!!aku mencintaimu!!....”  sungguh luar biasa makna cinta itu,cinta yang menumbuhkan keimanan yang menyejukan sanubari,yang memiliki kekuatan didalam hati.namun jika kita salah mengartikan cinta adalah anugerah terindah yang Allah berikan kepada kita dalam arti sempit,hanya berobjek kepada lawan jenis, maka cinta inilah yang harus kita pertanyakan. Cinta atau kah nafsu???
Kadang nafsu yang mengatas namakan cinta sangat berbahaya. Cinta yang seharusnya membawa pada kemuliaan, akan jatuh kepada kehinaan,cinta yang seharusnya menghantarkan kepada kesucian namun dengan mudahnya ternoda, cinta yang seharusnya bisa mendekatkan kita kepada Allah namun malah terasa menjauh dan terus menjauh.
Cinta karena nafsu dan karena Allah akan berbeda efeknya. Cinta karena nafsu akan menumbuhkan kehinaan,meruntuhkan kehormatan,menurunkan kewibawaan,merusak keindahan,menjatuhkan diri kita kedalam jurang kebinasaan.
Cinta karena allah akan menumbuhkan ketaatan,memberikan  ketentraman jiwa,munculnya kekuatan yang luar biasa,iman yang semakin teguh nan kokoh.cinta yang seperti ini tidak hanya di dunia namun untuk kehidupan yang kekal nan abadi nantinya.

“Sesungguhnya engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai”
Ya benar...dari potongan hadis Bukhari wa Muslim diatas menunjukan bahwa kecintaan kita pada seseorang akan membawa kita kepada kemuliaan ataupun sebaliknya,tergantung kepada siapa kita mencintai.
Anas ra. Berkata “aku mencintai Allah dan Rasul-Nya juga Abu Bakar dan Umar dan aku berharap semoga kelak aku dikumpulkan bersama mereka walaupun tidak beramal dengan amalan mereka”
Subhanallah,, Anas ra. Memiliki modal yang begitu luar biasa yang dimana dia tidak bisa beramal seperti amalan para sahabat yang telah dijamin surga kata Rasulullah.cinta inilah yang memberikan izzah kepada setiap insan yang mengukir keindahan didalam relung jiwa yang berbuah manis iman didalam hati.
Cinta tidak seharusnya dipandang dari segi fisik
Cinta tidak seharusnya dipandang dari segi jabatan
Cinta tidak seharusnya dipandang dari segi keturunan
Namun jika engkau hendak mencintai seseorang, maka cintailah ia karena baik agamanya, maka cinta akan selalu bersemi dikala hujan lebat turun,badai melanda dan berharap cintanya diridhoi oleh-Nya. Tutur kata yang lembut berisikan nasehat menghantarkan ketaatan kepada Sang Pencipta yang mampu meredam kemaksitan menjadi ketaatan,kejahatan menjadi kebaikan, amarah menjadi ramah,gelap menjadi terang dan benci menjadi cinta.
Sebelumnya penulis minta maaf apabila terdapat kesalahan pada artikel ini. Dan semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Wallahua’lam bissawab
Akhi_aby