This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Wednesday, October 17, 2012

Tuntunan Sholat IDUL ADHA


Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata : " Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa salam datang ke madinah, penduduk madinah memiliki dua hari raya untuk bersenang - senang dan bermain - main di masa jahiliyah. beliau berkata : Aku datang kepada kalian dan kalian mempunyai dua hari raya di masa jahiliyah yang kalian isi dengan main - main. Alloh telah mengganti keduanya dengan yang lebih baik bagi kalian, yaitu hari raya kurban ('idul Adha) dan hari raya 'idul Fitri" (HR.Ahmad, shahih). Hadits ini menunjukkan bahwa kaum muslimin memiliki hari raya besar yaitu 'idul Adha dan 'idul Fitri.

Hukum Shalat 'id

Para ulama berselisih pendapat tentang hukum shalat 'id. ada yang berpendapat fardhu kifayah, fardhu 'ain, dan sunnah. namun yang lebih tepatnya adalah fardhu 'ain, artinya wajib bagi setiap kaum muslimin. samapi wanita yang haid pun diperintahkan untuk keluar dari rumahnya untuk ikut merayakan hari raya 'idul Adha begitupula untuk wanita yang haid mereka pun diperintahkan untuk keluar dari rumahnya namun diperintahkan untuk menjauhi tempat shalat.
Ummu'Atiyah radhiyallahu'anha berkata : "Nabi shallahu 'alaihi wa salam memerintahkan kepada kami pada hari raya 'id agar memerintahkan para gadis dan wanita yang dipingit, serta wanita haid. namun beliau memerintahkan pada wanita yang sedang haid untuk menjauhi tempat shalat." (HR.Muslim)

Waktu dan tempat pelaksanaannya

waktu dan pelaksanaan shalat 'id adalah pada waktu shalat dhuha. Shiddiq Hasan Khan rahimahulloh mengatakan :"Waktunya adalah setelah meningginya matahari setinggi tombak sampai zawwal (bergeser matahari ke arah barat)". Para Ulama telah ijma' (sepakat) tentang masalah ini.

yang paling utama tempat untuk melaksanakan shalat 'idul 'adha adalah di tanah lapang kecuali jika ada udzur seperti hujan. Abu Sa'id Al Khudri radiyallahu'anhu berkata : "Rasululloh shallallahu'alaihi wa sallam biasa keluar rumah pada hari 'idul fitri dan 'idul adha menuju tanah lapang(HR.Bukhari wa Muslim)"

Berjalan Kaki Menuju Shalat 'Id

Ibnu 'Umar radiyallahu'anhuma mengatakan : "Rasululloh shallallahu'alaihi wa sallam biasa berangkat shalat 'id dengan berjalan kaki begitu pula ketika pulang.(HR.Ibnu Majah, hasan).
dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu'anhu berkata : "Rasululloh shallallohu'alaihi wa sallam jika melaksanakan shalat 'id beliau melewati jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang"(HR.Bukhari)

Mandi dan Memakai Pakaian yang bagus

Ibnu Qudamah rahimahulloh mengatakan : "Dianjurkan untuk mandi pada hari 'id. begitupula dianjurkan untuk memakai pakaian yang bagus. Diriwayatkan bahwa Sahabat Ibnu 'Umar radhiyallahu'anhuma biasa memakai pakaian yang paling bagus pada hari raya 'Id".
Tidak Makan Sebelum Shalat 'Idul 'Adha

Buraidah radhiyallohu'anhu mengatakan : "nabi shallallohu'alaihi wa salam tidak keluar menuju shalat 'idul fitri sebelum makan terlebih dahulu. Adapun pada hari raya kurban beliau tidak makan sebelum pulang dari tempat shalat kemudian memakan sesembelihan beliau"(HR.Tirmidzi, hasan)
Tidak ada Adzan dan Iqomah

Jabir bin Samurah berkata :"Aku pernah melaksanakan shalat 'id bersama Rasululloh shallallohu'alaihi wa sallam bukan hanya sekali atau dua kali. ketika itu tidak ada adzan dan iqomah"(HR.Muslim)
Tidak Ada Shalat Sebelum dan Sesudahnya

Ibnu 'abbas radhiyallohu'anhuma berkata :"Rasululloh shalallohu'alaihi wa sallam pernah keluar pada hari raya 'idul Adha atau "idul Fitri. beliau mengerjakan shalat shalat dua rakaat namun tidak melaksanakan shalat sunnah sebelum dan sesedahnya"(HR.Bukhari wa Muslim)

Tata Cara Shalat 'Idul Adha

secara ringkas pelaksanaan tata cara shalat 'id sebagai berikut :
1. Dimulai dari takbiratul ihram, seperti shalat yang lainnya.
2. Pada rakaat pertama ditambah takbir tambahan (zawaaid) sebanyak 7 kali selain takbiratul ihram.
3. Pada rakaat kedua ditambah takbir sebanyak 5 kali.
4. Dibolehkan mengangkat tangan ketika takbir tambahan sebagaimana yang dicontohkan sahabat Ibnu Umar radhiyallohu'anhu.
5. Tidak ada dzikir khusus yagn dibaca diantara takbir. Namun terdapat riwayat dari Ibnu Mas'ud radhiyallohu'anhu beliau mengatakan:"Diantara takbir hendaklah memuji Alloh".
6. Setelah selesai takbir tambahan kemudian membacaAl Fatihah dan Surat Pilihan.
7. Dianjurkan untuk membaca surat Qaaf pada rakaat pertama dan surat Al Qomar pada rakaat kedua. atau bisa membaca surat AL A'laa dan Al Ghasiyah.

Jika Hari 'Id Bertepatan dengan Hari Jum'at

Iyas bin Abi Ramlah berkata : "Aku pernah menemani Mu'awiyah bin Abi Sufyan dan ia bertanya kepada Zaid bin Arqam : Apakah engakau pernah menyaksikan Rasululloh shallallohu'alaihi wa salam bertemu dengan dua 'id (hari raya 'Idul fitri atau 'Idul Adha bertemu dengan hari hari Jum'at) dalam satu hari ?"; "iya", jawab Zaid. kemudian Mu'awiyah bertanya lagi, "Apa yang beliau lakukan ketika itu?" "beliau melaksanakan shalat 'Id dan memberi keringanan untuk meninggalkan shalat jum'at", jawab Zaid. Nabi shallallohu'alaihi wa sallam bersabda:"Siapa yang mau shalat Jum'at, maka silahkan melaksanakannya" (HR.Abu Dawud, shahih)

- Penulis adalah Alumni Ma'had Al 'ilmi (Adika M)
Referensi :
- Ahkaamul 'Idain fii As Sunnah  Al Muthaharah karya Syaikh 'Ali bin Hasan 'Al Halabi hafidzahulloh
-Asy Syahrul Mumti 'alaa Mustaqni' karya Syaikhh Muhammad bin Shalil Al 'Utsmain Rahimahulloh

posted by : aby  

Wednesday, October 10, 2012

Sikap Yang Islami Menghadapi Hari Ulang Tahun


Ada hari yang dirasa spesial bagi kebanyakan orang. Hari yang mengajak untuk melempar jauh ingatan ke belakang, ketika saat ia dilahirkan ke muka bumi, atau ketika masih dalam buaian dan saat-saat masih bermain dengan ceria menikmati masa kecil. Ketika hari itu datang, manusia pun kembali mengangkat jemarinya, untuk menghitung kembali tahun-tahun yang telah dilaluinya di dunia. Ya, hari itu disebut dengan hari ulang tahun. Nah sekarang, pertanyaan yang hendak kita cari tahu jawabannya adalah: bagaimana sikap yang Islami menghadapi hari ulang tahun? Jika hari ulang tahun dihadapi dengan melakukan perayaan, baik berupa acara pesta, atau makan besar, atau syukuran, dan semacamnya maka kita bagi dalam dua kemungkinan. Kemungkinan pertama, perayaan tersebut dimaksudkan dalam rangka ibadah. Misalnya dimaksudkan sebagai ritualisasi rasa syukur, atau misalnya dengan acara tertentu yang di dalam ada doa-doa atau bacaan dzikir-dzikir tertentu. Atau juga dengan ritual seperti mandi kembang 7 rupa ataupun mandi dengan air biasa namun dengan keyakinan hal tersebut sebagai pembersih dosa-dosa yang telah lalu. Jika demikian maka perayaan ini masuk dalam pembicaraan masalah bid’ah. Karena syukur, doa, dzikir, istighfar (pembersihan dosa), adalah bentuk-bentuk ibadah dan ibadah tidak boleh dibuat-buat sendiri bentuk ritualnya karena merupakan hak paten Allah dan Rasul-Nya. Sehingga kemungkinan pertama ini merupakan bentuk yang dilarang dalam agama, karena Rasul kita Shallallahu’alaihi Wa sallam bersabda, مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ “Orang yang melakukan ritual amal ibadah yang bukan berasal dari kami, maka amalnya tersebut tertolak” [HR. Bukhari-Muslim] Perlu diketahui juga, bahwa orang yang membuat-buat ritual ibadah baru, bukan hanya tertolak amalannya, namun ia juga mendapat dosa, karena perbuatan tersebut dicela oleh Allah. Sebagaimana hadits, أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ ، لَيُرْفَعَنَّ إِلَىَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ لأُنَاوِلَهُمُ اخْتُلِجُوا دُونِى فَأَقُولُ أَىْ رَبِّ أَصْحَابِى . يَقُولُ لاَ تَدْرِى مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ “Aku akan mendahului kalian di al haudh (telaga). Dinampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku.’ Lalu Allah berfirman, ‘Engkau sebenarnya tidak mengetahui bid’ah yang mereka buat sesudahmu.’ “ (HR. Bukhari no. 7049) Kemungkinan kedua, perayaan ulang tahun ini dimaksudkan tidak dalam rangka ibadah, melainkan hanya tradisi, kebiasaan, adat atau mungkin sekedar have fun. Bila demikian, sebelumnya perlu diketahui bahwa dalam Islam, hari yang dirayakan secara berulang disebut Ied, misalnya Iedul Fitri, Iedul Adha, juga hari Jumat merupakan hari Ied dalam Islam. Dan perlu diketahui juga bahwa setiap kaum memiliki Ied masing-masing. Maka Islam pun memiliki Ied sendiri. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, إن لكل قوم عيدا وهذا عيدنا “Setiap kaum memiliki Ied, dan hari ini (Iedul Fitri) adalah Ied kita (kaum Muslimin)” [HR. Bukhari-Muslim] Kemudian, Ied milik kaum muslimin telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya hanya ada 3 saja, yaitu Iedul Fitri, Iedul Adha, juga hari Jumat. Nah, jika kita mengadakan hari perayaan tahunan yang tidak termasuk dalam 3 macam tersebut, maka Ied milik kaum manakah yang kita rayakan tersebut? Yang pasti bukan milik kaum muslimin. Padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wa sallam bersabda, من تشبه بقوم فهو منهم “Orang yang meniru suatu kaum, ia seolah adalah bagian dari kaum tersebut” [HR. Abu Dawud, disahihkan oleh Ibnu Hibban] Maka orang yang merayakan Ied yang selain Ied milik kaum Muslimin seolah ia bukan bagian dari kaum Muslimin. Namun hadits ini tentunya bukan berarti orang yang berbuat demikian pasti keluar dari statusnya sebagai Muslim, namun minimal mengurangi kadar keislaman pada dirinya. Karena seorang Muslim yang sejati, tentu ia akan menjauhi hal tersebut. Bahkan Allah Ta’ala menyebutkan ciri hamba Allah yang sejati (Ibaadurrahman) salah satunya, والذين لا يشهدون الزور وإذا مروا باللغو مروا كراما “Yaitu orang yang tidak ikut menyaksikan Az Zuur dan bila melewatinya ia berjalan dengan wibawa” [QS. Al Furqan: 72] Rabi’ bin Anas dan Mujahid menafsirkan Az Zuur pada ayat di atas adalah perayaan milik kaum musyrikin. Sedangkan Ikrimah menafsirkan Az Zuur dengan permainan-permainan yang dilakukan adakan di masa Jahiliyah. Jika ada yang berkata “Ada masalah apa dengan perayaan kaum musyrikin? Toh tidak berbahaya jika kita mengikutinya”. Jawabnya, seorang muslim yang yakin bahwa hanya Allah lah sesembahan yang berhak disembah, sepatutnya ia membenci setiap penyembahan kepada selain Allah dan penganutnya. Salah satu yang wajib dibenci adalah kebiasaan dan tradisi mereka, ini tercakup dalam ayat, لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ “Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya” [QS. Al Mujadalah: 22] Kemudian Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin -rahimahllah- menjelaskan : “Panjang umur bagi seseorang tidak selalu berbuah baik, kecuali kalau dihabiskan dalam menggapai keridhaan Allah dan ketaatanNya. Sebaik-baik orang adalah orang yang panjang umurnya dan baik amalannya. Sementara orang yang paling buruk adalah manusia yang panjang umurnya dan buruk amalannya. Karena itulah, sebagian ulama tidak menyukai do’a agar dikaruniakan umur panjang secara mutlak. Mereka kurang setuju dengan ungkapan : “Semoga Allah memanjangkan umurmu” kecuali dengan keterangan “Dalam ketaatanNya” atau “Dalam kebaikan” atau kalimat yang serupa. Alasannya umur panjang kadang kala tidak baik bagi yang bersangkutan, karena umur yang panjang jika disertai dengan amalan yang buruk -semoga Allah menjauhkan kita darinya- hanya akan membawa keburukan baginya, serta menambah siksaan dan malapetaka” [Dinukil dari terjemah Fatawa Manarul Islam 1/43, di almanhaj.or.id] Jika demikian, sikap yang Islami dalam menghadapi hari ulang tahun adalah: tidak mengadakan perayaan khusus, biasa-biasa saja dan berwibawa dalam menghindari perayaan semacam itu. Mensyukuri nikmat Allah berupa kesehatan, kehidupan, usia yang panjang, sepatutnya dilakukan setiap saat bukan setiap tahun. Dan tidak perlu dilakukan dengan ritual atau acara khusus, Allah Maha Mengetahui yang nampak dan yang tersembunyi di dalam dada. Demikian juga refleksi diri, mengoreksi apa yang kurang dan apa yang perlu ditingkatkan dari diri kita selayaknya menjadi renungan harian setiap muslim, bukan renungan tahunan. Wallahu’alam. Sumber: http://www.almanhaj.or.id/content/1584/slash/0 dan http://www.saaid.net/Doat/alarbi/6.htm Penulis: Yulian Purnama Artikel www.muslim.or.id Dari artikel Sikap Yang Islami Menghadapi Hari Ulang Tahun — Muslim.Or.Id by null

Saturday, July 14, 2012

Keutamaan Bulan Ramadhan


Alhamdulillah segala puji bagi Alloh swt yang telah memberikan nikmat yang begitu banyaknya sehingga sampai saat ini kita masih diberikan kesempatan untuk menghirup oksigen, masih diberi umur serta kesehatan dan nikmat - nikmat lainnya yang begitu banyaknya dan apabila kita mencoba menghitungnya niscaya kita tidak sanggup untuk menghitungnya karena nikmat yang begitu banyaknya yang diberikan kepada kita semua dari Robb pencipta Alam semesta ini yaitu Alloh 'azza wa jalla. Sholawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada Nabi dan Rasul kita yaitu Rasululloh Muhammad saw, kepada keluarga, sahabat, tabi'in, tabiut tabi'in dan kepada pengikutnya yang berusaha untuk istiqomah di dienul islam.  dengan diberikannya nikmat umur ini insyaAlloh kita semua bagi umat muslim akan bertemu dengan bulan yang penuh rahmat dan ampunan dari Alloh swt yaitu Bulan Ramadhan adalah Bulan Diturunkannya Al Qur’an.

Bulan ramadhan adalah bulan yang mulia. Bulan ini dipilih  sebagai bulan untuk berpuasa dan pada bulan ini pula Al Qur’an diturunkan. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.” (QS. Al Baqarah: 185)

Ibnu Katsir rahimahullah tatkala menafsirkan ayat yang mulia ini mengatakan, ”(Dalam ayat ini) Allah Ta’ala memuji bulan puasa –yaitu bulan Ramadhan- dari bulan-bulan lainnya. Allah memuji demikian karena bulan ini telah Allah pilih sebagai bulan diturunkannya Al Qur’an dari bulan-bulan lainnya. Sebagaimana pula pada bulan Ramadhan ini Allah telah menurunkan kitab ilahiyah lainnya pada para Nabi ’alaihimus salam.”[1]

Setan-setan Dibelenggu, Pintu-pintu Neraka Ditutup dan Pintu-pintu Surga Dibuka Ketika Ramadhan Tiba

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ

”Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan pun dibelenggu.”[2]

Al Qodhi ‘Iyadh mengatakan, “Hadits di atas dapat bermakna, terbukanya pintu surga dan tertutupnya pintu Jahannam dan terbelenggunya setan-setan sebagai tanda masuknya bulan Ramadhan dan mulianya bulan tersebut.” Lanjut Al Qodhi ‘Iyadh, “Juga dapat bermakna terbukanya pintu surga karena Allah memudahkan berbagai ketaatan pada hamba-Nya di bulan Ramadhan seperti puasa dan shalat malam. Hal ini berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Di bulan Ramadhan, orang akan lebih sibuk melakukan kebaikan daripada melakukan hal maksiat. Inilah sebab mereka dapat memasuki surga dan pintunya. Sedangkan tertutupnya pintu neraka dan terbelenggunya setan, inilah yang mengakibatkan seseorang mudah menjauhi maksiat ketika itu.” [3]

Terdapat Malam yang Penuh Kemuliaan dan Keberkahan

Pada bulan ramadhan terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan yaitu lailatul qadar (malam kemuliaan). Pada malam inilah –yaitu 10 hari terakhir di bulan Ramadhan- saat diturunkannya Al Qur’anul Karim.

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3

”Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada lailatul qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al Qadr: 1-3).

Dan Allah Ta’ala juga berfirman,

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ

”Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (QS. Ad Dukhan: 3). Yang dimaksud malam yang diberkahi di sini adalah malam lailatul qadr. Inilah pendapat yang dikuatkan oleh Ibnu Jarir Ath Thobari rahimahullah[4]. Inilah yang menjadi pendapat mayoritas ulama di antaranya Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma.[5]

Bulan Ramadhan adalah Salah Satu Waktu Dikabulkannya Do’a

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ لِلّهِ فِى كُلِّ يَوْمٍ عِتْقَاءَ مِنَ النَّارِ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ ,وَإِنَّ لِكُلِّ مُسْلِمٍ دَعْوَةً يَدْعُوْ بِهَا فَيَسْتَجِيْبُ لَهُ

”Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadhan,dan setiap muslim apabila dia memanjatkan do’a maka pasti dikabulkan.”[6]

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَالإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

“Tiga orang yang do’anya tidak tertolak: orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan do’a orang yang dizholimi”.[7] An Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Hadits ini menunjukkan bahwa disunnahkan bagi orang yang berpuasa untuk berdo’a dari awal ia berpuasa hingga akhirnya karena ia dinamakan orang yang berpuasa ketika itu.”[8] An Nawawi rahimahullah mengatakan pula, “Disunnahkan bagi orang yang berpuasa ketika ia dalam keadaan berpuasa untuk berdo’a demi keperluan akhirat dan dunianya, juga pada perkara yang ia sukai serta jangan lupa pula untuk mendoakan kaum muslimin lainnya.”[9]

Raihlah berbagai keutamaan di bulan tersebut, wahai Saudaraku!

Semoga Allah memudahkan kita untuk semakin meningkatkan amalan sholih di bulan Ramadhan.

jika ada kesalahan pada penulisan artikel ini, kami mohon maaf. semoga bisa bermanfaat sedikit ilmu untuk menyongsong bulan suci Ramadhan. semoga puasa kita semua bagi umat muslim bisa diterima Alloh swt dan mendapat rahmat dan ampunan-Nya. Aamiin Ya Robb.

[1] Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 2/179.

[2] HR. Bukhari no. 3277 dan Muslim no. 1079, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu

[3] Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 7/188.

[4] Tafsir Ath Thobari, 21/6.

[5] Zaadul Masiir, 7/336-337.

[6] HR. Al Bazaar, dari Jabir bin ‘Abdillah. Al Haitsami dalam Majma’ Az Zawaid (10/149) mengatakan bahwa perowinya tsiqoh (terpercaya). Lihat Jaami’ul Ahadits, 9/224.

[7] HR. At Tirmidzi no. 3598. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan.

[8] Al Majmu’, 6/375.

[9] Idem.

sumber : Muhammad Abduh Tuasikal_www.muslim.or.id
sedikit edit : @_Aby

Sunday, June 10, 2012

Luasnya Ampunan Alloh SWT


Dalam kehidupan ini kita selaku manusia tidak pernah luput dari kesalahan. Entah sudah berapa banyak kita melakukan perbuatan dosa. Jika dihitung dan dicatat perbuatan dosa kita setiap hari dalam sebulan mungkin kita akan mendapatkan catatan  dosa kita setebal kamus. Atau mungkin berjilid-jilid banyaknya. Bayangkanlah! Berapa banyak dosa yang kita perbuat selama hidup kita? Lalu bagaimana kita akan menemui Sang Pencipta dengan berlumur dosa?

Memang sudah menjadi fitrah manusia untuk berbuat kesalahan.  Hal ini telah disabdakan oleh nabi Muhammad SAW, “Setiap anak Adam pasti berbuat dosa, dan sebaik-baik pembuat dosa adalah mereka yang bertaubat”. (HR.Tirmidzi). Seperti yang disabdakan Rasulullah SAW, walaupun manusia berbuat dosa. Tidak lantas menjadikan manusia merugi begitu saja. Bagi mereka yang mau bertaubat itulah yang terbaik untuk mereka.

Bahkan dalam hadis lain disebutkan jika seluruh umat manusia tidak ada yang berbuat dosa. Maka Allah SWT menggantinya dengan umat yang berbuat dosa, kemudian mereka memohon ampunan dan Allah SWT mengampuninya. "Kalau kalian tidak berbuat dosa niscaya Allah SWT akan mengganti kalian dengan kaum yang lain pembuat dosa, tetapi mereka beristighfar dan Allah SWT mengampuni mereka".( HR.Muslim). Hal ini mempertegas akan fitrah manusia dalam berbuat dosa.

Ketahuilah! Murka Allah SWT itu sangat dasyat. Siksaan Allah sangat pedih. Akan tetapi kasih sayang-Nya meliputi alam semesta. Ampunan Allah SWT  sangat teramat luas bagi hambanya yang mau bertaubat. Selama dosa itu bukan menyekutukan Allah SWT maka Allah akan mengampuni dosa itu sebasar apapun dosa itu.

Anas bin Malik berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sesunggunya Allah berfirman, Wahai anak Adam, apabila engkau memohon dan mengharapkan pertolongan-Ku maka Aku akan mengampunimu dan Aku tidak menganggap bahwa ia suatu beban. Wahai anak Adam, sekalipun dosa kamu seperti awan meliputi langit kemudian kamu memohon ampunan-Ku, niscaya aku akan mengampuninya. Wahai anak Adam, jika kamu menemuiku dengan kesalahan sebesar bumi, kemudian kamu menemuiku tidak dalam keadaan syirik kepada-Ku dengan seuatu apapun. Niscaya aku akan datang kepadamu dengan pengampunan dosa sebesar bumi itu. (HR Tirmidzi)

Tidak sedikit ayat-ayat dalam Alquran yang menyebutkan bahwa Allah SWT Maha Penerima taubat diiringi dengan sifatnya yang Maha Penyayang. Di antaranya dalam surat An Nur ayat 24, surat At Thaqobun ayat 14 dan surat Az Zumar ayat 53. Ini menunjukan betapa besarnya kecintaan Allah SWT terhadap manusia terlebih terhadap hamba-Nya yang bertaubat. Yang menyesali kesalahnnya dan memohon ampunan kepada-Nya.

Oleh karena itu sudah seharusnya kita tidak boleh berputus asa. Ampunan dan rahmat Allah SWT sangatlah teramat besar. Bahkan Allah SWT telah memaklumi akan sifat kita selaku manusia yang suka berlebih-lebihan. Allah SWT berfirman, “Katakanlah: Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Az-Zumar [39] : 53).

Betapa mudahnya mendapat ampunan Allah SWT. Masihkan kita mengingkari kasih sayang Allah SWT ? Hanya orang-orang merugi yang tidak bersegera kepada ampunan Allah SWT yang sangat teramat luas. Sesungguhnya Allah SWT tidak pernah menyalahi akan janji-Nya (Q.S Ali Imran [3] : 9). Wallahu a’lam bish-shawab.

Penulis adalah mahasiswa Indonesia yang kini tengah menimba ilmu di Kairo, Mesir. _____________________
sumber :http://www.republika.co.id/

Thursday, June 7, 2012

Persiapan sebelum bulan suci ramadhan

Assalamu'alaikum para pembaca muslimfriendship. :)

tak terasa mungkin tinggal 1 bulan atau beberapa minggu lagi insyaalloh kita akan menjumpai bulan yang penuh rahmat dan barakah dimana di saat - saat bulan tersebut kita begitu mudahnya melaksanakan kebaikan, mudah sekali untuk bangun pagi, beramal dsb. itulah bulan yang kita tunggu - tunggu kedatangannya, rindu akan keindahan didalamnya.

maka sejauh ini kita juga perlu untuk mempersiapkan diri untuk menyambut bulan suci tersebut :

1. Persiapan pada ruh dan jasad.

ini perlu karena agar dalam menjalani puasa ramadhan nantinya kita bisa mendapatkan pahala yang maksimal. seperti ruh sangat penting membersihkan diri kita, jangan sampai dalam menjalani atau sebelum menemui bulan ramadhan kita tetap saja sama atau bahkan lebih buruk dari segi akhlak dll.
kemudian jasad juga perlu disiapkan yaitu menjaga kondisi tubuh kita agar selalu fit agar pada saat nanti kita menjalani bulan suci ramadhan kita bisa memaksimalkannya tanpa ada satupun yang bolong dan bisa mengoptimalkan amalan kita dalam beramal. semoga Alloh selalu memberikan keistiqomahan dan kesehatan kepada kita dan semoga umur, hidup kita selalu diberkahi Alloh swt dan selalu pada bimbingan-Nya. Aamiin ya Robb.

2. Persiapan Materi

inilah yang luar biasa, yaitu banyak memberi atau sodakoh dibulan yang penuh berkah yaitu ramadhan.
"sungguh Rasululloh saw saat bertemu dengan malaikat jibril, lebih derma dari pada angin yang dilepaskan."(HR.Muttafaqun'alaihi).

3. Persiapan ilmu

inilah yang paling penting dalam mempersiapkan diri sebelum menjumpai bulan ramadhan yaitu ilmu.
ilmu inilah yang menuntun kita dalam beribadah jangan sampai kita beribadah hanya ikut - ikut saja tanpa didasari dengan ilmu maka akan sia - sia.
dalam mempersiapkan diri sebelum bulan ramadhan ini kita membutuhkan ilmu yaitu tentang ayat yang memerintahkan kita berpuasa, apa saja yang membatalkan puasa atau apa saja yang dilarang, bagaimana agar puasa kita bisa diterima dll. mungkin akan dibahas di artikel selanjutnya.

itu beberapa hal yang harus kita persiapkan sebelum menghadapi bulan suci ramadhan yang penuh keindahan, kebaikan dan kesejukkan di dalam hati.
wallahua'lam bissawab.

semoga coretan ini bisa bermanfaat buat teman - teman dan saya sendiri. yang menulis tidak lebih baik daripada yang membaca. ada salahnya dari saya sendiri dan sesungguhnya kebenaran datangnya hanya dari Alloh swt.

@_aby

Thursday, May 31, 2012

Mana yang harus kita pilih ??

Assalamu'alaikum para pembaca Muslimfriendship..???
semoga selalu dalam keadaan baik dan mendapatkan keberkahan hidup dari Alloh swt. Aamiin Ya Robb. mendapatkan keberkahan hidup dari Alloh itulah kebahagiaan yang luar biasa.

penulis akan sedikit sharing tentang perkembangan teknologi saat ini.
Tuntunan zaman yang semakin canggih dan menuntut generasi muda untuk melek akan hal itu.
banyak sekali informasi yang dipaparkan atau tersedia di dunia maya atau sering kita sebut internet. sebenarnya, kita dimanjakan dengan teknologi sekarang. dan  kita bisa dengan mudahnya mencari sesuatu yang kita inginkan, kita bisa mengetahui disatu sisi negara lain yang mungkin kita belum pernah kesana namun kita bisa melihat keindahannya, kita bisa mendownload aplikasi - aplikasi yang kita butuhkan. begitu banyaknya manfaat yang bisa kita dapatkan melalui internet. kita pun bisa belajar dan mencari banyak referensi dari berbagai sumber untuk menambah wawasan ilmu kita. namun apa jadinya jika canggihnya teknologi sekarang ini tidak digunakan dengan sebaik - baiknya. berbanding terbalik dengan yang saya sebutkan tadi. maka ini akan menimbulkan kerusakan yang besar jika disuatu negeri mengakses internet namun membuka hal - hal yang tidak seharusnya kita buka. kerusakannya bukan hanya di diri sendiri namun sampai meluas di suatu negara. DUNIA MAYA atau INTERNET bisa saya analogikan seperti sebuah pintu dan setelah masuk dari pintu utama tersebut terdapat 2 sisi ruangan yang berbeda, dan masing - masing ruang tersebut memiliki pintu. jika kita sudah bisa membuka pintu pertama yaitu kita dihadapkan suatu interfaces yang dihubungkan keinternet, maka disitu kita memilih pintu selanjutnya untuk bisa masuk kedalam ruangan yang kita inginkan dalam arti kita sudah mulai mengakses internet apa yang ingin kita cari. ruangan yang satu adalah ruangan yang dimana disitu kita dihadapkan dan diberi hidangan akan hal - hal yang bermanfaat dan ruangan yang satunya kebalikannya, kita dihidangkan sesuatu yang bersifat negatif dan berujung pada kemaksiatan. inilah dunia maya sepeti pisau. tergantung siapa yang memegang pisau tersebut, jika pisau dipegang oleh orang yang tepat maka pastilah akan bermanfaat. jika sebaliknya, maka akan berdampak negatif.

semoga kita semua bisa memanfaatkan kecanggihan teknologi dengan sebaik - baiknya dan bisa bermanfaat bagi diri kita maupun orang lain.
jadi tentukan pilihan anda, positif atau negatif dalam menggunakan kecanggihan teknologi???
semoga hidup kita selalu dibimbing dan diberi petunjuk oleh Alloh swt sehingga kita diberi keistiqomahan selalu pada jalan-Nya. Aamiin.

saya menasehati diri saya pribadi dan semoga bermanfaat bagi para pembaca. yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca. jika ada salah dalam penulisan dan isi artikel ini penulis mohon maaf. sesungguhnya kebenaran datangnya hanya dari Alloh swt.

@_AbY

Saturday, May 12, 2012

Keutamaan bagi orang - orang yang menuntut ilmu

PERLUNYA MENUNTUT ILMU
Kebodohan dalam ilmu agama adalah salah satu sebab utama seseorang terjerumus pada kemaksiatan dan kefasikan bahkan kesyirikan, na'udzubillah. Syekh islam Ibnu Taimiyah rahimahulloh berkata : "kebaikan anak adam adalah dengan iman dan amal shalih, dan tidaklah mengeluarkan mereka dari kebaikan kecuali dua perkara yaitu kebodohan dan mengikuti hawa nafsu.
kebodohan inilah juga bisa membuat ibadah kita tidak siterima karena beribadah tanpa didasari dengan ilmu atau dalil atau hanya sekedar ikut - ikutan saja.
Imam ‘Abdullah al-Haddad رضي الله عنه,. Menyebut di dalam kitabnya Risaalah al-Mu`aawanah:
واعلم أن من عبد الله بغير علم كان الضرر العائد عليه بسبب عبادته أكثر من النفع الحاصل له بها. وكم من عابد قد أتعب نفسه في العبادة و هو مع ذلك مصر على معصية يرى انها طاعة او انها غير معصية
Dan ketahuilah bahwasanya seseorang yang beribadat kepada Allah tanpa ilmu, maka kemudharatan yang kembali kepadanya sebab ibadatnya itu lebih banyak daripada manfaat yang terhasil baginya. Berapa ramai ahli ibadat yang memenatkan dirinya dalam ibadat sedangkan dia sebenarnya atas maksiat padahal dia beranggapan apa yang dilakukannya adalah ketaatan atau bukannya maksiat…..

"barang siapa beribadah kepada Alloh dengan kebodohan, dia telah membuat kerusakan lebih banyak daripada membuat kebaikan".(Majmu' fatwa 25/281)

Dan dari bab yang ditulis oleh Imam Bukhori, terkandung makna yang luhur dan mulia makna yang tersirat dalam bab yang ditulis oleh beliau adalah wajibnya melandasi perkataan dan perbuatan kita dengan ilmu. Oleh karena itu belajar ilmu yang wajib lebih diutamakan daripada perkataan dan perbuatan. Syaikh Abdurrohman bin Muhammad bin Qosim berkata, Sesungguhnya belajar ilmu yang wajib lebih diutamakan daripada perkataan dan perbuatan, karena perkataan dan perbuatan seseorang tidak dibenarkan kecuali berdasarkan ilmu, dalam sebuah hadits: Barangsiapa berbuat (melakukan suatu perbuatan) yang tidak ada ajarannya dari kami maka (perbuatan) itu tertolak/ tidak diterima oleh Alloh.(Hadits riwayat Imam Bukhori no. 2697 dan Imam Muslim no.1718).

inilah perlunya bagi kita mencari ilmu Agama agar ibadah dan amal sholih kita memiliki kualitas dan  bisa diterima oleh Alloh swt.
ilmu ibaratkan pelita atau cahaya di tempat gelap yang bisa menerangi tempat disekitarnya.

KEUTAMAAN MENCARI ILMU
Jika kalian melewati taman surga maka berhentilah.
mereka bertanya "apakah taman surga itu?"
beliau menjawab "majlis ilmu"
(HR.Tirmidzi da dishahihkan Syekh salim bin Ied Al Hilali dalam shahih kitabul adzkar 4/4).

tidaklah duduk suatu kaum berdzikir kepada Alloh kecuali para malaikat akan mengelilinginya, rahmat menyelimutinya dan turun kepada mereka ketenangan, serta Alloh memujinya dihadapan makhluk yang berada disisinya(HR.Muslim no.6795 dan Ahmad)

Alloh berfirman : "Alloh akan meniggikan orang - orang yang beriman diantara kamu dan orang - orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat" (QS. Al Mujadillah[58] : 11).

ADZAB BAGI ORANG YANG PELIT ILMU
Adzab bagi orang yang memiliki kebenaran akan ilmu namun merahasiakan ilmu tersebut kepada orang lain maka baginya api neraka.
"Barangsiapa  ditanya tentang suatu ilmu lalu merahasiakannya maka dia akan datang pada hari kiamat dengan kendali (dimulut) dari api neraka (HR.Abu Dawud).
wallhua'lam bissawab
semoga bermanfaat. jika ada kesalahan pada penulisan atau isi artikel ini. penulis mohon maaf. sesungguhnya kebenaran datangnya hanya dari Alloh swt.

@_Aby